Rabu, 28 April 2010

Karomah mbah wali Hasan Buntet

Karomah mbah wali Hasan bin KH. Abd Mun'im Buntet Pesantren,
yg wafat di Sumberkepuh Banyuwangi Jawa Timur. oleh: Tb.Ahmad Rifqi khan...
Bismillahirrohmanirrohim...
Pada Zaman revolusi fisik,di Buntet pesantren ada seorang Kyai Sepuh bernama KH.Abdul Mun'im. Beliau adalah adik KH. Abdul Jamil dan mertua KH.Abbas.
Di masa muda Abd Mun'im kecil melanglang buana menuntut ilmu diantaranya di Bangkalan Madura di bawah asuhan Syaikhuna Kholil. Sehingga beliau menjadi ulama besar yg kharismatik dan sempat menggantikan posisi kakaknya menjadi pengasuh pondok Buntet pesantren sebelum akhirnya diserahkan kepada keponakannya yg nota bene adalah menantunya sendiri yaitu : KH.Abbas bin KH.Abdul Jamil.
Akhirnya beliau menjadi kyai sepuh dan meninggal dunia ketika beliau sedang melaksanakan Sholat dalam keadaan bersujud kepada Allah swt.
Kyai Abd Mun'im meninggalkan keturunan para kyai dan ulama dan nyai nyai yg shalihah. Diantaranya adalah MBAH HASAN.
Beliau semasa kecil dipanggil dg nama Mas'ud, namun sepulang dari Mukim di tanah suci Mekkah di kenal dg nama Mbah Hasan. Selama Puluhan tahun beliau menimba ilmu di tanah suci dan praktis tdk bertemu keluarga,pada akhirnya beliau pulang ke tanah air untuk melepaskan rindu yg terpendam bertahun tahun. Namun setelah pulang ke Buntet,beliau lebih memilih tinggal diluar Buntet yg mungkin dirasakan oleh beliau telah banyak kyai dan ulama di Buntet pesantren. Kemudian Mbah Hasan memilih daerah Ciledug Cirebon ( _+ 25 km dr Buntet Pesantren) untuk menetap dan berda'wah.
Di Ciledug,beliau berda'wah dg santun dan sopan dg menggunakan AKHLAQULKARIMAH,sehingga masyarakat menyambut da'wahnya dg sukacita. Beliau berda'wah dg halnya yg baik(da'wah bilhal) dan beliau beternak puluhan ekor sapi. Masyarakat Ciledug pada sa'at itu tidak habis fikir,mengapa sapi sapi mbah Hasan tidak digembalakan. Bahkan dibiarkan berkeliaran mencari makan sendiri. Namun anehnya sapi sapi mbah Hasan cukup beretika dan beradab,dikarenakan tidak pernah memakan dan merusak tanaman masyarakat,sehingga masyarakat berterima kasih kegirangan bila melihat sapi sapi Mbah Hasan yg hanya membersihkan rumput rumput yg mengganggu tanaman.
Beberapa tahun kemudian Mbah Hasan pergi entah kemana,namun sebelum pergi beliau sempat membagi-bagikan seluruh sapi-sapinya kepada masyarakat.
Tahun demi tahun berlalu,akhirnya mbah Hasan yg sebaya dg sepupunya KH.Abbas bin Ky.Abduljamil(wafat th 1947 di usia 60 tahunan) dg mengejutkan datang di Buntet pesantren. Beberapa orang kyai sempat cemas dg kedatangan beliau,sbb kedatangannya adalah pertanda akan ada mushibah(kematian kyai besar atau serangan Belanda) di Buntet. Meskipun begitu sanak famili dan masyarakat saling berebut cium tangan barokah mbah Hasan. Mbah Hasan mengunjungi beberapa kyai dan kerabat. Diantaranya beliau berkunjung ke KH.Anas bin Kyai Abd Jamil kakak sepupunya. Kyai Anas menyambut gembira dg kedatangan mbah Hasan yg sdh lama tdk ada khabar beritanya, hingga Kyai Anas mengumpulkan seluruh anggota keluarga untuk menyambut kedatangannya. Mbah Hasan,menurut penuturan para kyai Buntet adalah seorang Kyai yg Shomut(pendiam) beliau tdk berkata apapun kecuali 2 kata saja: enggih dan boten (ia dan tidak) meskipun begitu,mulutnya selalu mengulum senyuman yg menyejukkan hati.
Mbah Hasan bertemu dg kyai Anas sepupunya yg menjadi Muqaddam(guru besar)thariqah tijaniyah dan org yg pertama kali membawa Thariqah Tijaniyah di Indonesia,sebuah pertemuan yg mengharukan dan merapatkan 'alaqah ruhiyah dan jasadiyah diantara dua orang wali tsb. Pertemuan terakhir di dunia. Saat itu kyai Anas meminta oleh2 kenang2an dr mbah Hasan,dia berkata "kang Hasan,mana oleh2nya dr Banyu wangi ?,namun mbah Hasan tdk menjawab sepatah katapun,hanya senyuman san Wali yg menghiasi wajah mbah Hasan. Ketika Kyai Anas berkali kali memohon,akhirnya mbah Hasan mengeluarkan bungkusan kain putih dr kantong bajunya seraya berbisik "jangan dibuka kecuali didepan anak2 dan menantu". Setelah mbah Hasan pamitan,kyai Anas membuka bungkusan tsb,ternyata berisi minyak wangi dan kapas. Kyai Anas mengerti isyarat tsb dan berucap,"anak2ku ketahuilah,bapak sebentar lagi meninggal dunia" kyai Anas mengucapkannya sambil berderai air mata haru dan bahagia sambil terus menerus menciumi kapas dan minyak wangi pemberian mbah wali Hasan. Benar saja,beberapa minggu kemudian kyai Anas wafat dg Husnulkhotimah berpulang ke rahmatullah dg damai dan tenang, yg kuburannya sudah tergali seminggu sebelum beliau wafat. Rodhiyallahu anhu wa askanahu 'alaa farodisiljinan,amien. Bahkan juga Almarhum almaghfur lah Kyai haji Anas sempat mimpi bertemu Rosullah saw dan Sayidah Fathimah Azzahro seminngu sebelum wafat,dalam mimpi itu Kyai Anas mencium tangan mulia Baginda Rosul saw dan tangan Sayyidah Fathimah Azzahro ra. Anehnya siti fathimah memberi isyarat dg 7 buah jari tangannya. Bangun dr mimpi,Kyai Anas terperanjat tiba2 tangan beliau harum wangi semerbak hingga hari ke tujuh,ribuan santri dan kerabatpun terheran heran dg bau wangi yg khas dan beraroma lain dr minyak wangi pada umumnya. SUBHAANALLOH...
Disamping Kyai Anas dan lainnya Mbah Hasan mengunjungi adiknya yg bernama KH. Moh Imam. Menurut para kyai Buntet, Mbah Hasan bertamu dan bershilaturrahmi berjam jam.
Beliau berdua duduk asyik medang dan njabur.
Adiknya Kh. Imam adalah seorang kyai yg ahli bermacam macam ilmu Agama,terutama ahli dibidang ilmu falak,saking ahlinya sampai beliau bisa menghitung kapan sebuah daun akan jatuh dg disaksikan puluhan masyarakat santri........Akhirnya,Nyai Maryam menegur Suaminya,"mengapa kakang diam saja? Diajak ngobrol apa gimana",kyai Imam menjawab:"itu semua gak perlu.......habis mau tanya apa..?wong sudah jelas kok,sehat apa tidak,jelas sehat,kapan datangnya? Kt semua sudah tahu,dari sana jam berapa? Sudah tahu juga",jawaban sang suami membuat istri terdiam dan manggut manggut.
Beberapa waktu kemudian mbah Hasan menghilan entah kemana...?beliau melanglang buana namun hanya Allah yg tahu.
MBAH HASAN DI BANYU WANGI
Menjelang beliau wafat,beliau berwashiyat kepada murid satu satunya yg merangkap sebagai khodim yaitu kyai Khozin yg berasal dari Garut,bahwa dia diperintahkan untuk menghubungi adiknya di Buntet pesantren Cirebon yang bernama kyai Muh Zen. Kyai Khozin yg bertahun tahun berkhidmat kepada beliau terheran heran, ternyata mbah Hasan berasal dari Buntet Pesantren. Apalagi masyarakat Banyu wangi yang hingga kini banyak yang belum tahu asal usul mbah wali Hasan.
DA'WAH DAN KAROMAH MBAH HASAN
Menurut penuturan masyarakat Sumber kepuh dan sekitarnya, cara da'wah mbah Hasan terbilang unik,sebab beliau memang tidak seperti ulama yang lainnya,beliau sangat pendiam bahkan hampir tidak pernah berkata sepatah kalimatpun.
Beliau tiap pagi hari selalu keliling kampung bersilaturrahmi dengan masyarakat, mengunjungi rumah rumah yang empunya belum mau masuk islam atau berprofesi sebagai bajingan,perampok,penjahat
dan semacamnya, ma'lumlah pada saat itu Banyu wangi masih diliput oleh pemeluk Hindu dan Budha. Namun mbah Hasan mampir ke rumah rumah mereka disambut dengan hangat.karena mereka tahu bahwa mbah Hasan seorang yang mempunyai nilai lebih atau mungkin sakti mandraguna, mbah Hasan hanya duduk sebentar dan melakukan shalat dhuha di rumah seorang dari mereka,anehnya setiap mbah Hasan mampir ke rumah salah seorang dari masyarakat pada sore harinya mereke mendatangi mbah Hasan untuk mengucapkan syahadat atau bertaubat atau belajar melakukan shalat....subhaanallooh,dan begitulah da'wah mbah Hasan setiap harinya. ketika tahun 80an,rombongan kyai kyai Buntet berziarah di makom mbah Hasan dipimpin oleh kyai Mustamid Abbas yang kebetulan juru kuncinya yaitu kyai khozin masih hidup pada saat itu. Al marhum KH,Chowas Nuruddin (ayah penulis) turut serta sebagai peziarah dan menyempatkan diri bertanya kepada kyai khozin tentang amaliyah ibadah sehari hari yang mbah Hasan kerjakan. Kyai Khozin yg sangat faham seluk beluk mbah Hasan mengatakan bahwa beliau setiap harinya selalu diisi dg hal hal yg syarat dg ibadah,sehabis shalat shubuh beliau berjalan mengelilingi kampung sambil memetik daun bendana(selong)untuk di makan,memang itulah makanan sehari hari mbah Hasan,beliau tidak makan apa2 kecuali daun daunan. setelah pulang dr keliling mbah Hasan muthola'ah kitab sampai dzuhur,sehabis dzuhur beliau muthola'ah kitab sampai ashar,baru setelah shalat ashar beliau menerima tamu sampai maghrib.Kemudian beliau shalat maghrib sampai isya,habis isya' beliau muthola'ah kembali sampai tengah malam,kemudian tengah malam beliau shalat sampai shubuh,,,,,,,,,,dan begitulah keseharian beliau selama puluhan tahun di Banyu wangi,dan kitab yg beliau baca adalah kitab ihya' ulumiddin alghazali ra. Menurut para tetangganya,saking asyiknya beliau membaca ihya sampai tidak bergeming sedikitpun,hening,tenang sampai ada beberapa ekor lenggarangan(musang)beranak pinak di bawah kursinya......subhaanallah... kemudian setiap ba'da shalat ashar beliau menjamu tamu dg satu buah teko air,namun anehnya si teko tadi dapat mengeluarkan bermacam macam minuman sesuai selera para tamu,ada teh,kopi,bahkan susu...kemudian kyai Chowas menanyakan ke juru kunci perihal kapan mbah Hasan beristirahat untuk tidur...?menurut kyai khozin mbah Hasan tidak pernah tidur kecuali selayapan(selayang pandang)saja,beliau tidak pernah tidur secata khushus seperti manusia pada umumnya.....bersambung.....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar